Kalkulus dan Proses Pembentukannya
Kalkulus dan Proses Pembentukannya
I. Pengertian Kalkulus
Kalkulus
disebut juga tartar, yaitu suatu lapisan deposit (bahan keras yang
melekat pada permukaan gigi) mineral yang berwarna kuning atau coklat
pada gigi karena dental plak yang keras. Struktur permukaan kalkulus
yang kasar memudahkan timbunan plak gigi. Kalkulus melekat erat mengelilingi mahkota dan akar gigi, juga pada gigi tiruan dan restorasi gigi.
Menurut Kamus Kedokteran Gigi ( F.J Harty dan R Ogston ) Kalkulus yang dahulu disebut tartar atau calcareous deposits terdiri atas deposit plak yang termineralisasi , yang keras yang menempel pada gigi.
Kalkulus
dapat juga diartikan massa kalsifikasi yang terbentuk dan melekat pada
permukaan gigi, objek solid lainnya di dalam mulut. Menurut
Drg Irene Sukardi, Sp Perio, salah seorang staf pengajar Departemen
Periodonsia FKG UI, karang gigi berasal dari plak yang bercampur dengan
zat kapur pada ludah sehingga lama-kelamaan akan mengendap.
Kalkulus
jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan pada gigi
permanen anak usia muda. Meskipun demikian, pada usia 9 tahun, kalkulus
sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut, dan pada hampir
seluruh rongga mulut individu dewasa.
Kalkulus terjadi karena pengendapan garam kalsium fosfat, kalsium karbonat, dan magnesium fosfat. Komposisi
kalkulus dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu
pembentukan kalkulus. Komposisi kalkulus terdiri dari 80% masa
anorganik, air, dan matriks organik (protein dan karbohidrat), sel-sel
epitel deskuamasi, leukosit. Masa anorganik terutama terdiri dari
fosfat, kalsium, dalam bentuk hidroksiapatite, brushite, dan
fosfat oktakalsium. Selain itu, juga terdapat sejumlah kecil kalsium
karbonat, magnesium, fosfat, dan florida. Kandungan florida adalah
beberapa lebih besar daripada pada plak.
II. Macam Kalkulus
Berdasakan lokasinya Kalkulus ada 2 macam, yaitu :
1. Kalkulus supragingiva
ª Letak = di sebelah koronal dari tepi gingival (diatas gingival)
ª Kalkulus
terdeposit mula-mula pada permukaan gigi yang berlawanan dengan duktus
saliva, pada permukaan lingual insisivus bawah dan permukaan bukal molar
atas, tetapi dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan geligi tiruan
yang tidak dibersihkan dengan baik, misalnya permukaan oklusal gigi yang
tidak mempunyai antagonis.
ª Warna = agak kekuningan kecuali bila tercemar faktor lain seperti tembakau, anggur, pinang.
ª Bentuk = cukup keras, rapuh, mudah dilepas dari gigi dengan alat khusus
ª Sumber mineral diperoleh dari saliva
ª Dapat terlihat langsung di dalam mulut
2. Kalkulus subgingiva
ª Letak
= akar gigi di dekat batas apical poket yang dalam, pada kasus yang
parah, bahkan dapat ditemukan jauh lebih dalam sampai ke apeks gigi
(dibawah gingival).
ª Bentuk = bewarna hijau tua atau hitam, lebih keras daripada kalkulus supragingiva, melekat lebih erat pada permukaan gigi
ª Melekat
pada permukaan akar dan distribusinya tidak berhubungan dengan glandula
saliva tetapi dengan adanya inflamasi gingival dan pembentukan poket,
suatu fakta terefleksi dari namanya ‘kalkulus seruminal’
ª Sumber mineral diperoleh dari serum darah
ª Tidak dapat terlihat langsung dalam mulut
III. Proses Pembentukan Kalkulus
Sejumlah penelitian menunjukkan, penyebab dari beberapa masalah rongga mulut adalah dental plaque atau plak gigi. Setelah
kita menyikat gigi, pada permukaan gigi akan terbentuk lapisan bening
dan tipis yang disebut pelikel. Pelikel ini belum ditumbuhi kuman.
Apabila pelikel sudah ditumbuhi kuman disebutlah dengan plak. Plak
berupa lapisan tipis bening yang menempel pada permukaan gigi,
terkadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Lapisan itu tidak lain
adalah kumpulan sisa makanan, segelintir bakteri, sejumlah protein dan
air ludah. Plak selalu berada dalam mulut karena pembentukannya selalu
terjadi setiap saat, dan akan hilang bila menggosok gigi atau
menggunakan benang khusus. Plak yang
dibiarkan, lama kelamaan akan terkalsifikasi (berikatan dengan kalsium)
dan mengeras sehingga menjadi karang gigi. Mineralisasi plak mulai di
dalam 24-72 jam dan rata-rata butuh 12 hari untuk matang.
Karang
gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi tempat
menempelnya plak kembali sehingga kelamaan karang gigi akan semakin
mengendap, tebal dan menjadi sarang kuman. Karang gigi dapat terlihat
kekuningan atau kehitaman, warna kehitaman biasanya akibat bercampur
dengan rokok, teh, dan zat lain yang dapat meninggalkan warna pada gigi. Jika
dibiarkan menumpuk, karang gigi dapat meresorbsi ( menyerap ) tulang
alveolar penyangga gigi dan akibatnya gigi mudah goyang dan tanggal.
Kalau
kita berbicara mengenai gigi, tentu tidak terlepas dari membicarakan
jaringan penyangga gigi (jaringan periodontal). Jaringan periodontal ini
yang menjadi tempat tertanamnya gigi. Jaringan ini terdiri dari gusi,
sementum, jaringan pengikat tulang penyangga gigi (alveolar). Jaringan
penyangga gigi inilah yang mengikat gigi, pembuluh darah dan persarafan
menjadi satu kesatuan.
Karang gigi mengandung banyak kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit lain di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan, maka kuman-kuman dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi tersebut.
Bila sudah infeksi maka masalah lebih lanjut bisa timbul. Penderita biasanya mengeluh gusinya terasa gatal, mulut berbau tak sedap, sikat gigi sering berdarah, bahkan adakalanya gigi dapat lepas sendiri dari jaringan penyangga gigi. Infeksi yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang alveolar) akan menyebabkan tulang pernyangga gigi menipis sehingga pada perbandingan panjang gigi yang tertanam pada tulang dan tidak tertanam 1:3, gigi akan goyang dan mudah tanggal.
Selain mengakibatkan gigi tanggal, kuman infeksi jaringan penyangga gigi juga dapat menyebar ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah, kuman dapat menyebar ke organ lain seperti jantung. Karena itu ada beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu oleh infeksi dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung (miokarditis) termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.
Karang gigi mengandung banyak kuman-kuman yang dapat menyebabkan penyakit lain di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan, maka kuman-kuman dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga gigi tersebut.
Bila sudah infeksi maka masalah lebih lanjut bisa timbul. Penderita biasanya mengeluh gusinya terasa gatal, mulut berbau tak sedap, sikat gigi sering berdarah, bahkan adakalanya gigi dapat lepas sendiri dari jaringan penyangga gigi. Infeksi yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang alveolar) akan menyebabkan tulang pernyangga gigi menipis sehingga pada perbandingan panjang gigi yang tertanam pada tulang dan tidak tertanam 1:3, gigi akan goyang dan mudah tanggal.
Selain mengakibatkan gigi tanggal, kuman infeksi jaringan penyangga gigi juga dapat menyebar ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah, kuman dapat menyebar ke organ lain seperti jantung. Karena itu ada beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu oleh infeksi dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung (miokarditis) termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.
Oleh karena itu, masalah karang gigi tidak dapat disepelekan. Bila
plak sudah mengendap menjadi karang gigi maka penyikatan sekeras apapun
dengan sikat gigi biasa tidak akan menghilangkannya. Satu-satunya cara
untuk mengatasi karang gigi adalah dengan pergi ke dokter gigi untuk
dibersihkan agar terhindar dari penyakit yang lebih berat dan tentunya
butuh biaya yang lebih besar.
Karang gigi harus dibersihkan dengan alat yang disebut scaler. Ada
yang manual ataupun dengan ultrasonic scaler. Setelah dibersihkan
dengan scaler, karang gigi akan hilang dan gigi menjadi bersih kembali.
Namun, karang gigi dapat timbul kembali apabila kebersihan gigi tidak
dijaga dengan baik.
Dianjurkan melakukan tindakan pencegahan sebelum karang gigi timbul yaitu dengan menyikat gigi secara teratur dan sempurna. Dental floss juga perlu digunakan untuk membersihkan permukaan antar dua gigi yang sering menjadi tempat terselipnya makanan dan menjadi tempat penimbunan plak. Obat kumur yang mengandung clorhexidine dapat digunakan untuk mencegah timbulnya plak, obat ini dapat digunakan setelah penyikatan gigi.
Dianjurkan melakukan tindakan pencegahan sebelum karang gigi timbul yaitu dengan menyikat gigi secara teratur dan sempurna. Dental floss juga perlu digunakan untuk membersihkan permukaan antar dua gigi yang sering menjadi tempat terselipnya makanan dan menjadi tempat penimbunan plak. Obat kumur yang mengandung clorhexidine dapat digunakan untuk mencegah timbulnya plak, obat ini dapat digunakan setelah penyikatan gigi.
Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneiti mengenai proses pembentukan kalkulus, antara lain :
1. Teori CO
Menurut
teori ini pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat adanya
perbedaan tekanan CO dalam rongga mulut dengan tekanan CO dari duktus
saliva, yang menyebabkan pH saliva meningkat sehingga larutan menadi
jenuh. (Disajikan pada seminar Perkembangan Pedodontik dan Periodontik
Masa Kini, yang diselenggarakan oleh PDGI Cabang Bekasi pada tanggal 10
Juli 1993)
2. Teori Protein
Pada
konsentrasi tinggi, protein klorida saliva bersinggungan dengan
permukaan gigi maka protein tersebut akan keluar dari saliva, sehingga
mengurangi stabilitas larutannya da teradi pengendapan garam kalsium
fosfat.
3. Teori Fosfatase
Fosfatase
berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri. Fosfatase
membantu proses hidrolisa fosfat saliva sehingga terjadi pengendapan
garam kalsium fosfat.
4. Teori Esterase
Esterase
terdapat pada mikrorganisme, membantu proses hidrolisis ester lemak
menjadi asam lemak bebas yang dengan kalsium membentuk kalsiumfosfat.
5. Teori Amonia
Pada
waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan membentuk
ammonia sehingga pH saliva naik dan terjadi pengendapan garam kalsium
fosfat.
6. Teori pembenihan
Plak
gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan fosfor yang
akan membentuk kristal inti hidroksi apatit dan berfungsi sebagai benih
kristal kalsium fosfat dari saliva jenuh.
IV. Peran Bikarbonat
Bila Bikarbonat meningkat, maka pH meningkat, lalu rongga mulut bersifat basa dan mengakibatkan pengendapan kalsium fosfat à
terbentuklah kalkulus atau karang gigi. Konsentrasi bikarbonat paling
tinggi pada muara kelenjar parotis dan submandibular sehingga
mengakibatkan kalsium fosfat saliva pada daerah tersebut tidak stabil
sehingga mudah mengendap (brushite).
V. Mengapa sering terbentuk kalkulus pada lingual gigi anterior rahang bawah dan bukal gigi posterior rahang atas?
Kalkulus
supragingiva sering ditemukan pada lingual gigi anterior rahang bawah
atau pada insisivus bawah, hal ini terjadi karena insisivus rahang bawah
merupakan muara atau ekskretori utama dari kelenjar submandibula
(duktus Whartoni) dan kelenjar sublingual (duktus Bartholini). Sedangkan
pada bukal gigi posterior rahang atas merupakan ekskretori utama dari
kelenjar parotis melalui duktus stenon. Karena lingual gigi anterior
rahang bawah dan bukal posterior rahang atas merupakan muara utama dari
saliva, maka pada daerah ini banyak terdapat bakteri-bakteri.
Bakteri-bakteri ini tidak semua dapat ikut larut dalam flow saliva,
bakteri yang tersisa akan membentuk koloni yang akan berakumulasi dengan
plak yang ada pada muara saliva tersebut, sehingga terjadi kalsifikasi
plak atau kalkulus pada daerah muara saliva . Hal inilah yang
menyebabkan pada lingual gigi anterior rahang bawah dan bukal posterior
rahang atas sering terjadi kalkulus.